Suka cita yang sudah lama dinantikan itu akhirnya terwujud juga Kamis (28/7) malam di Stadion Gelora Bung Karno. Timnas sepak bola Indonesia menjawab kehausan segenap insan di seluruh penjuru negeri ini dengan penampilan yang memukau. Meski tidak bisa menekuk Turkmenistan dengan skor telak, tapi siapa pun puas, kagum dan bangga melihat skuad garuda memperlihatkan sepak bola indah yang sudah lama hilang dari negeri ini.
Sejak menit pertama, timnas yang dipimpin kapten Firman Utina itu tampil dominan dan mendikte alur permainan. Gaya bermain satu - dua sentuhan yang diperagakan anak-anak asuhan pelatih Wim Rijsbergen ini mampu membuat tim tamu kerepotan di semua lini.
Pada babak pertama skuad garuda memang terlihat tampil aktif mulai dari lini belakang sampai lini depan. Kolaborasi dua bomber papan atas Boaz Solossa dan Christian 'El Loco' Gonzales mampu mengacak-acak sektor pertahanan Turkmenistan. Boaz yang tampil agresif mampu mencuri perhatian pemain belakang Turkmenistan sehingga Gonzales lebih leluasa melakukan penetrasi.
Kolaborasi 'cantik' itu pun akhirnya berbuah gol kedua pada menit ke-19. Terasa permainan yang dipasang skuad garuda tidak tergoyahkan di babak pertama. mereka tidak hanya tampil atraktif tapi juga sangat agresif. Bahkan, Muhammad Nasuha yang dipasang Wim Rijsbergen di barisan belakang sampai mampu menggetarkan gawang Turkmenistan lewat tendangan dari luar kotak penalti.
Sampai turun minum, anak-anak garuda mampu memojokkan tim tamu dengan skor telak 3-0. Tapi dengan tempo permainan yang nyaris tidak pernah kendur selama 45 menit pertama, timnas memiliki sejumlah peluang guna merobek gawang Turkmenistan.
Sayang, di babak kedua koleksi gol timnas hanya bertambah satu gol yang tercipta dari kaki Muhammad Ridwan di menit 76. Di babak kedua, kesempatan timnas menambah gol membesar, ketika wasit mengeluarkan satu kartu merah buat Turkmenistan. Sayangnya kesempatan itu tak mampu dimanfaatkan Indonesia.
Stamina Terkuras
Lantaran stamina mulai terkuras, konsentrasi pemain Indonesia mulai menurun. Alhasil Turkmenistan yang hanya main dengan 10 pemain bisa membuat tiga gol guna memperkecil kedudukan. Bahkan, dua gol terakhir Turkmenistan tercipta hanya dalam tempo lima menit. Beruntung di sisa waktu, tim tamu tak menambah gol lagi sehingga kemenangan Indonesia tetap bertahan.
Kemenangan tersebut tampaknya akan menjadi sejarah baru bagi dunia sepak bola indonesia. Pasalnya, ini merupakan suatu bentuk kebangkitan yang selama ini dirindukan publik tanah air. Rasanya ada atmosfer baru di tubuh timnas, meski dengan waktu persiapan terbatas mereka tampil all out dan membuat tim tamu pulang dengan tangan hampa.
Walau tidak main sendiri, namun kehadiran Boaz yang tidak ikut memperkuat tim garuda di ajang AFF lalu cukup memberi warna di lapangan, selain itu peran Wim Rijsbergen sebagai sutradara di balik aksi Firman Utina dan kawan-kawan tidak bisa diabaikan.
Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada di tubuh timnas rasanya tidak salah jika kita boleh merajut mimpi bahwa suatu saat Indonesia akan bertarung di arena internasional. Tapi sebelum mencapai impian itu dua pertandingan penentu sudah menanti. Usai menggulung Turkmenistan, timnas harus siap menghadapi para jagoan Asia seperti Jepang maupun Korea Selatan.
Lantas seberapa besarkah peluang indonesia untuk masuk piala dunia 2014? Kita tunggu aksi-aksi punggawa timnas selanjutnya sembari berharap mereka mampu berprestasi maksimal!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “Mimpi Indonesia ke Piala Dunia”
Posting Komentar